KE INSTAGRAM KAMI YUK BANYAK KONTEN MENARIK?
Cetakan 1 : Maret 2022 ISBN : 978-623-5843-08-7
Pria Itu Bernama Moedjair
yang namanya melekat pada
ikan mujair dikenal sebagai seorang
yang berpendirian kuat. Mbah
Moedjair adalah seorang pria yang sangat
sabar, menggemari makanan yang masih
hangat dan tentu saja menyukai ikan mujair.
Beliau juga gemar memelihara ikan di kolam
air tawar di samping rumah beliau di Desa
Papungan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten
Blitar, Jawa Timur.
Seingat Mbah Munir, anak ke-5 Mbah
Moedjair, selain nama Moedjair, ayah beliau
memiliki nama sapaan lain. Yakni, Kartomo
Moedjair. Namun sejak kecil lebih dikenal
dengan nama Moedjair. Menurut majalah
Star Weekly Tahun ke XV No. 744 edisi 2 April
1960, Moedjair kecil memiliki nama lain.
Yakni, Soeratman dan kemudian berganti
nama Moedjair hingga masa sepuh beliau.
Disebutkan,
“Waktu ketjil bernama Soeratman,
dan setelah mendekati akil-baliknja
beralih nama Moedjair.”
Sedangkan, terkait nama lain Mbah Moedjair
dengan sapaan Iwan Dalauk, Mbah Munir
malah kaget dan tidak mengetahui asal nama
yang dikaitkan sebagai nama kecil Mbah
Moedjair. Sapaan akrab Mbah Moedjair
adalah Ir yang diambil dari suku kata terakhir
nama beliau. Misal, saat Mbah Kiai Sholeh
Kuningan memanggil dan memberi nasehat
kepada beliau. Dalam referensi lama, nama
Mbah Moedjair setidaknya dituliskan dalam
empat ejaan, mulai Moedjair, Mudjair,
Mudjaèr hingga Moedjahir.
Mbah Moedjair merupakan anak Bapak
Isman, seorang bayan, perangkat Desa
Kuningan, Kecamatan Kanigoro, dengan Ibu
Rubiyah, serta memiliki 10 saudara. Mbah
Moedjair merupakan anak kelima dari 11
bersaudara. Saudara-saudara Mbah
Moedjair adalah Sarbun, Sapurah, Kasipah,
Rubikah, Muti’ah, Shinto, Wainah, Nadjid,
Abdul Salam dan Kasiyar. Dalam urusan
pendidikan, Moedjair muda mendapatkan
gemblengan ilmu agama dari Mbah Kiai
Sholeh Kuningan, seorang tokoh agama
ternama di masanya dari Desa Kuningan.
Mbah Moedjair lahir pada 1890. Dalam
majalah Panjebar Semangat Tahun Ka 19 No.
93 edisi 20 Djanuari 1951 dijelaskan, Mbah
Moedjair dilahirkan pada 20 Mei 1890 di
wilayah Kanigoro. Ini merupakan satusatunya
dokumen yang saya ketahui yang
menyebutkan tanggal kelahiran Mbah
Moedjair. []
Yanu Aribowo, seseorang yang
penasaran dengan sejarah perjuangan Mbah
Moedjair. Sejak September 2012 mulai
tertarik dengan perjuangan Mbah Moedjair
dalam membudidayakan ikan mujair di
kolam air tawar. Ketertarikan itu akhirnya
memunculkan semangat mewujudkan mimpi
menulis buku sejarah singkat perjalanan
Mbah Moedjair dan ikan mujair. Buku
Moedjair: Sejarah Tersembunyi Ikan Mujair
adalah karya keenamnya.
Kehadiran buku sederhana ini mengikuti
kelahiran kakak-kakaknya terdahulu, baik
karya bersama maupun karya pribadi mulai
Gerakan #BlitarBerbagi: Aksi Sosial Grup
Facebook Blitar Kutho Cilik Sing Kawentar
(April 2017), Assalamualaikum Mak Sri
(November 2017), Nohoihohi (Agustus 2019),
Kademangan Tempo Doeloe: Kenangan
Generasi Tiga Zaman (Mei 2020) dan Corona
Cepat Pergi Ya (September 2020).
Usai sekolah di TK Pertiwi Kademangan, SDN
Kademangan 1, SMPN 2 Blitar, SMAN 3 Blitar
hingga Politeknik Negeri Malang, ayah dari
Mas Muhammad Arrasyid Asyaputra dan
Adik Ulayya Azkadina Asyaputri ini
menyibukkan diri belajar merangkai kalimat
demi kalimat di Jawa Pos Radar Blitar.
Di luar pekerjaan, setiap hari aktivitas santai
dilalui di salah satu pelosok negeri ini di
lereng Gunung Kelud, Desa Gadungan,
Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar,
Jawa Timur, Indonesia, bersama keluarga
kecil Asya Family. Masukan, saran, dan
jalinan silaturahmi bisa kontak di facebook
Yanu Aribowo, instagram @yanu_aribowo,
@galeribukublitar, YouTube Wong Lereng
Kelud atau email di ndanden@gmail.com.