KE INSTAGRAM KAMI YUK BANYAK KONTEN MENARIK?
Era Web 3.0 sudah berada di depan mata. Era ini ditandai dengan hadirnya Artificial Intelligence [Ai] atau Kecerdasan Buatan. Ketika Web 2.0 dikuasai Google yang hanya bisa menyajikan informasi dan data; Ai bisa "berpikir" dan menyajikan miliaran gagasan.
OpenAi tidak hanya bisa menyelesaikan tugas "Buatkan aku makalah" atau "Novel sebanyak 5.000 kata". Ia bisa kita ajak berdiskusi membicarakan gagasan. Ia bisa memberikan ide atau gagasan kepada kita tentang sesuatu hal yang mungkin belum terpikirkan. Oh, satu lagi, ia bisa memecahkan soal matematika tingkat SMA dengan begitu mudah, jelas, dan memberikan referensi beberapa pendekatan yang bisa dilakukan.
Ini berita yang menyedihkan di satu sisi untuk sejumlah guru. Sebab, perintah-perintah tradisional seperti membuat laporan, membuat cerpen, kerjakan soal berikut ini menjadi tidak berguna lagi. Oleh karena itu, di Era Web 3.0 kami mengusulkan sejumlah metode dan pendekatan pembelajaran yang bisa dilakukan guru.
Jangan menerangkan materi untuk pembelajaran yang sifatnya teorertis. Beri tugas membuat peta konsep misalnya, biarkan mereka bereksplorasi. Cara lainnya adalah diskusi, panggil satu atau dua anak untuk berbicara di depan, dan Anda harus mengurangi porsi menerangkan. Tugas Anda hanya mengarahkan atau menyampaikan gagasan.
Ajak wawancara indivdu. Ini akan mengukur ketercapaian sesuatu dari peserta didik. Anda juga bisa mengekslorasi hal-hal personal. Intinya, pembelajaran ini tidak hanya mengukur pemahaman peserta didik, tapi juga menjalin komunikasi yang sangat dibutuhkan oleh seorang pembelajar.
Tugas Anda seyogianya berbasis konten. Itulah sebabnya, Anda harus belajar juga tentang editing, desain, dan copy writing [Anda bisa Googling pengertian ini di Google]. Ini akan membantu memberikan konten yang isnpiratif dan mendidik di tengah maraknya konten berjoged "Setengah telanjang" yang marak di tiktok, atau reels instagram.
Selanjutnya, Anda perlu belajar tentang "pembelajaran Berbasis Data". Kami akan mengulas detailnya. []
Perihal Awal 1 Januari 2023
Sungguh, setahun itu singkat; namun percayalah kenangannya seumur hidup akan senantiasa kita ingat. Betapa tidak, ada begitu banyak hal yang terjadi dalam setahun. Kesedihan, kepergian, perayaan, menyerah sejenak, tawa, aroma kopi bersama kawan-kawan sefrekuensi, orang-orang yang sempat kita benci, kebodohan yang kita buat dan segala hal yang "random" dalam hidup kita. Namun, percayakah Anda bahwa apapun takdir yang Alloh berikan layak kita rayakan dengan mensyukurinya atau merenungkannya. Di dalam kesedihan tentu tersedia fitur-fitur yang bisa membuat kita bersyukur; di dalam kebahagiaan ada hal-hal yang bisa kita renungkan. Atau sebaliknya. Jadi, apapun itu, yang akan kita lakukan kelak, niatkan untuk beribadah dan menghamba kepada Alloh subhanahuwataala.
Berupaya untuk mayakini bahwa apa yang kita kerjakan segalanya dalam kendali kita akan membuat diri ini justru semakin lelah. Kita harus menyadari bahwa dalam kehidupan ini terkadang kita tidak bisa berbuat banyak hal. Ada wilayah yang kita kerjakan, ada wilayah "Biar Takdir Tuhan yang bekerja". Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Ilah Athoilah dalam kitabnya yang terkenal bahwa, "Kerja keras tidak akan mampu menembus dinding takdir yang telah Alloh gariskan."
Bekerja keras wajib, namun menyandarkan segala sesuatu hanya kepada usaha saja, akan membuat kita semakin kecewa, semakin lelah, dan senantiasa memandang dunia pada sisi yang tak pernah adil. Padahal, "apapun takdir yang Alloh berikan layak kita rayakan dengan mensyukurinya atau merenungkannya," Jika ada gagalnya, tak apa-apa kita bersyukur, barangkali dengan gagal itu kita diselamatkan dari hal-hal yang jauh lebih buruk dari yang sekarang. Bisa juga, dengan gagal kita merenungkan ada hal-hal yang perlu kita evaluasi dari metode, teknik, atau cara kita yang kurang tepat. Muaranya, kita akan mendapatkan ilmu yang barangkali tidak pernah kita temukan dalam paragraf-paragraf di lembaran buku.
Wallohualam. []
Kami bersama tim telah mendampingi sejumlah sekolah di Jawa Timur untuk mensosialisasikan "Pembelajaran Paska-Ai" Sejumlah MGMP berbagai mapel sudah kami dampingi, tujuannya agar segera menyebarkan kehadiran Ai yang sudah mendisrupsi sebagian besar tugas guru.
Ai sendiri adalah #artificialintelligence alias #kecerdasanbuatan yang bisa diperintah untuk: mengerjakan soal, membuat karya ilmiah, pertimbangan-pertimbangan, atau sekadar mencari gagasan.
Pembelajaran paska kehadiran Ai harus segera diformulasikan. Dan, kami membantu merumuskannya. Selain itu, kami juga mengajarkan model "Pembelajaran Berbasis Data" yang sangat cocok digunakan dalam menjemput era kedatangan Ai.
Konon, sejumlah pihak memprediksi tak lama lagi Google akan tergantikan dengan OpenAi. Wallohualam.
Salah seorang peserta seminar kami menolak menyebarkan pengetahuan ini ke sekolahnya. Katanya, "saya ingin terlihat pintar dulu di banding guru-guru lainnya". Kami semua tertawa. []
Reservasi/Pemesanan Menjadi Pemateri KLIK DI SINI.
Kecerdasan buatan (AI) saat ini sedang ramai diperbincangkan. Tidak hanya itu, AI telah mendisrupsi banyak hal. Intinya pekerjaan yang dulu ditangani manusia, kini telah diambil alih oleh robot dan komputasi. Tidak terkecuali adalah jurnalistik.
Di tingkat sekolah, jurnalistik masih berkutat soal editor ejaan. Menulis paragraf pertama, yang sebagian besar orang susah menemukan kalimat pertama. Kesempatan itu diambil alih oleh AI dimana orang-orang tidak perlu lagi merasa kesulitan dalam membuat paragraf pembuka.
Beberapa kurikulum yang akan kami ajarkan di ekstra jurnalistik SMKN 1 Nglegok adalah editor video pendek, membuat rima dalam quotes, pembuatan web site/blog, dan beragam konten di media sosial.
Hubungi nomor kami agar sekolah Bapak/Ibu bisa mendapatkan kerja sama dengan jurnalistik SMKN 1 Nglegok.
Cerita ini (bermain peran) tentu saja kelihatan temeh, tetapi dapat mengubah karakter secara permanen bahkan dalam situasi di ruang kelas yang sempit itu. Itu adalah simpulan dari Dr. Jones alias Dr. Vernon Jones seorang psykolog Amerika.
Film dengan judul Miracle in Cell No.7 itu tak hanya sukses dari negara asalnya, Korea Utara. Namun juga versi berikutnya di Turki dan Indonesia.
Jika diperbandingkan versi Turki dan negara asalnya, saya lebih berpikir versi terbaiknya adalah Turki. Sebab, untuk versi aslinya, film ini bergenre komedi, sementara versi Turki bergenre drama yang digarap lebih “serius”.
Ulasan untuk versi Indonesia nya, di lain waktu saja.
Jadi, memang ada keajaiban di setiap kelas. Ada anak yang kelihatan “mafia”, namun setelah diputarkan film ini, ia terdiam dan menangis. Ada pula anak yang pintar secara akademis, namun ia tak pandai bersosialisasi. Setiap temannya melempar lelucon, ia hanya tersenyum. Sekali mencoba melucu, terasa “garing”.
Perlu, sebagai guru kita tidak hanya meyakinkan kepada mereka bahwa yang pandai akademis, pandai bergaul, pandai berkarya adalah jaminan untuk bisa hidup di masa depan. Satu-satunya yang bisa kita yakinkan kepada mereka adalah selalu belajar dan berbuat (berpraktik) baik. Selain itu, memberikan pengalaman “dunia tiruan” melalui film, kisah-kisah nyata yang menyentuh hati, kisah teladan yang memotivasi perlu kita lakukan secara berkelanjutan. Sebagaimana simpulan dok
Sebagai guru, batasan kita adalah menyampaikan dan mendoakan semampunya.
Wallohualam
Di sekolah, kepala anak-anak sudah diberi gizi pengetahuan dan keterampilan, dengan memutarkan film yang tepat: Anda telah memberi gizi yang baik untuk hati mereka.
Sebagaimana kita rasakan bersama, bahwa generasi Z dan sebagian sudah masuk ke generasi A telah membawa perubahan besar dalam pembelajaran. Dari segi karakter, kita telah mengetahui bahwa mereka punya sejumlah kelemahan: susah konsentrasi, gampang bosan, berpikir pendek, dsb. Rhinald Khasali dalam kanalnya menambahkan bahwa generasi tersebut, ditambah paska sekolah daring, telah membuat anak-anak mudah emosi.
Terlepas dari mereka yang mudah emosi, kelebihan karakter generasi Z dan A adalah mereka memiliki kecerdasan yang sangat baik, kritis, dan multitasking. Kepekaan mereka terkadang kurang terasah, sebab di sekolah hanya diberi konsumsi keterampilan dan pengetahuan. Oleh karena itu, guru perlu meluangkan sedikit waktu untuk memutarkan film yang membuat indera batin mereka terasah.
Sejumlah film yang perlu mereka tonton di antaranya adalah “Children of Heaven” (Miramax, Vudu, 1997) dan film “Miracle in Cell No. 7” versi Turki (Netflix, 2019).
Seberapa efektifkah pemutaran film ini? Bobi Deporter dalam bukunya “Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. (Bandung, 2006) sepertinya punya jawaban yang menarik. Guru-guru yang hebat percaya akan kekuatan 'kaizen', konsep yang dianut banyak orang Jepang: perbaikan kecil, meskipun tampak tak berarti, namun berkesinambungan, dan tanpa henti. 138.
Bobbi deporter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. Kaifa.
Saya Erma salah seorang guru di sekolah swasta di kabupaten Kediri. Ada dua hal yang ingin saya tanyakan: (1) Bagaimana menumbuhkan minat belajar siswa yang rendah di pedesaan dan (2) bagaimana mendisiplinkan siswa, padahal segala upaya sudah dilakukan seperti home-visit¸ kerja sama dengan wali murid, pembinaan, dan sebagainya. Terima kasih.
Jawaban:
Terima kasih kami atas pertanyaan yang sangat menarik ini. Seorang teman kami yang berasal dari sekolah pinggiran pernah dikirim diklat ke kota Malang. Ia di sana mengeluhkan permasalahan yang dihadapi di sekolahnya kepada salah seorang kenalan peserta diklat dari Kota Malang. “Kalau dari sekolah pinggiran seperti saya ini siswanya sangat rendah minat belajarnya dan sulit mendisiplinkan mereka.” Kata teman kami.
Teman barunya itu pun menjawab yang sama dengan keluhan. “Saya juga begitu, mengajar di sekolah yang favorit dengan minat belajar yang tinggi kadang membuat saya merasa tidak menjadi guru. Betapa tidak, mereka sudah membuka buku saat saya masuk kelas, tidak perlu ada yang saya terangkan, bahkan mereka sudah bisa menguasai materi kendati di sana tidak ada saya. Saya merasa mengajar tidak ada tantangannya, bahkan ada atau tidaknya saya itu seolah tidak berarti bagi mereka.” Tentunya saudari Ema bisa memetik amanat dari dialog tersebut.
Sayangnya, Anda tidak menyebutkan secara spesifik matapelajaran apa yang Anda ampu dan di kelas berapa. Buatlah pembelajaran menarik. Mulailah dari kelas Anda sendiri. Ciptakan permainan-permainan yang menyenangkan untuk mereka. Jangan takut bereksperimen, catat kegagalan, ulangi, diskusikan melalui MGMP, dan lihatlah reaksi kelas Anda. Namun, sebelum itu semua Anda lakukan, pertama-tama Anda harus memiliki semangat yang tinggi pula untuk meyakinkan mereka agar mau belajar. Ingat pula pesan Deporter (2006) dalam bukunya yang terkenal: Jika Anda memasukkan pertanyaan yang mengandung renungan, murid Anda akan memperoleh pengertian lebih mendalam tentang mengapa mereka harus mempelajari materi tersebut.
Terkait pertanyaan kedua, kami pernah menemukan sebuah artikel dari id.berita.yahoo (2010) yaitu seorang peneliti bernama Ross Levine dari Berkeley’s Haas Economic Analysis and Policy Group dan Yona Rubenstein dari London School of Economics menemukan korelasi anak yang bermasalah dan senang melanggar aturan dengan pendapatan ekonomi pascalulus sekolah. Levine mengatakan: “Data kami menunjukkan bahwa banyak wirausahawan sukses memperlihatkan tingkah laku yang agresif dan menjadi orang yang bermasalah saat masih remaja. Mereka adalah orang-orang yang tidak takut melanggar peraturan, melakukan aksi kekerasan atau bahkan terlibat dalam penggunaan obat-obatan.” Tapi, jangan dimaknai bahwa kita akan membiarkan anak-anak tetap dalam masalah. Terus tangani dan serahkan hasilnya kepada Alloh.
Apa yang sudah Anda dan teman-teman lakukan insyaAlloh sudah di jalan yang benar. Terus lakukan siklus ini: tangani, catat kegagalan, diskusikan, tangani lagi, dan jangan pernah melupakan doa untuk mereka. Semoga kita digolongkan menjadi guru yang senantiasa memberikan ilmu yang bermanfaat. Amiin.
Penulis: Dwi Purnanto; Henry Yustanto; Bakdal Ginanjar; Dany Ardhian
Penggunaan bahasa di ruang publik mengacu pada kajian Lanskap Linguistik (selanjutnya disingkat LL). Dari hal itu, LL merupakan data teks di ruang publik, sedangkan kajian LL, Blommaert dan Maly (2014) memberi istilah Linguistic Lanscape Studies (LLS). Untuk pertama kali, istilah LL diperkenalkan oleh Landry dan Bourhis pada tahun 1997. Landry dan Bourhis (1997) mendefinisikan bahwa LL merupakan kajian terhadap bahasa yang terlihat dan menonjol pada ruang publik atau ruang komersil di suatu wilayah, yaitu bahasa di papan nama jalan, papan iklan, papan petunjuk jalan, nama tempat, papan nama toko, dan papan nama gedung-gedung pemerintah yang terletak di suatu wilayah, teritorial, atau kelopok masyarakat urban.
Bahasa-bahasa yang dianalisis melalui kajian LL tidak hanya berfokus pada analisis bahasa saja, tetapi juga berkembang ke dalam kajian sosial lainnya, seperti sosiologi, pendidikan, linguistik antropologi, psikolinguistik, dan kajian sosial budaya. Hal ini ditengarai karena kemunculan monolingual, bilingual dan multilingual dalam bahasa yang disertai dengan variasi- variasi bentuk dan pesannya itu menandakan adanya pemerolehan dan penguasaan bahasa, bagaimana kontak pembaca teks dengan teks-teks tersebut, dan relasi sosial yang terlibat dalam produksi dan konsumsi teks LL sehingga penggunaan bahasa di dalam LL berusaha untukmengakomodasi kepentingan masyarakat dalam wilayah LL itu berada, yaitu melayani fungsi informasi dan fungsi simboliknya.
Selengkapnya klik DI SINI.
A. Pengantar
Metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum, metode penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu eksperimental dan noneksperimental. Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi eksperimen kuasi, subjek tunggal dsb. Sedangkan noneksperimental berupa deskriptif, komparatif, korelasional, survey, ex post facto, histories dsb.
Makalah ini membatasi pembahasan metode penelitian kuantitatif pada tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah bagian dari noneksperimental, yaitu deskriptif, historis, dan ex post facto.
Ada beberapa istilah yang sering dirancukan di dalam penelitian. Istilah tersebut adalah pendekatan, ancangan, rencana, desain, metode, dan teknik. Di dalam makalah ini disinggung mengenai perbedaan istilah tersebut untuk didiskusikan dan dicarikan simpulan bersama-sama.
B. Pembahasan
1. Berbagai istilah di dalam penelitian
Secara umum, jenis penelitian berdasarkan pendekatan analisisnya dibedakan menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan ini lazim juga disebut sebagai pendekatan, ancangan, rencana atau desain.
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Dalam rancangan pereperencaan dimulai dengan megadakan observasi dan evaluasi rerhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi prose membuat prcobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Metode penelitian lebih dekat dengan teknik. Misalnya, penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dengan kata lain, metode deskriptif tersebut dapat dikatakan juga sebagai teknik deskriptif.
2. Penelitian Deskriptif
2.1 Pengertian
Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli meamakan metode ini dengan nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya mentode ini juga dinamakan studi kasus (status study).
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.
Sumber: bit.ly/edukreatif
Ditulis oleh: Rima Esni Nurdiana dan Almer Samantha Hidaya
Kehidupan Khalifah al-Hȃkim Bi Amrillah: dari banyak sumber yang penulis telusuri, sangat sedikit yang membahas mengenai latar belakang al-Hȃkim tersebut. Amin (2009:260) mengungkapkan bahwa al-Hȃkim adalah pribadi Muslim yang taat. Ia pendiri sebuah tempat pemujaan suku aliran Druz di Lebanon, yang sampai sekarang masih ada. Selain itu, alHȃkim juga mendirikan sejumlah masjid, perguruan atau akademi, dan pusat observatorium di Syiria. Selain itu, menurut pendapat Rahim (1992:338) al-Hȃkim senang menyendiri dan berjalan di malam hari untuk pergi ke observatorium yang ia bangun.
Observatorium yang alHȃkim tersebut berdasarkan paparan Hiiti (2002:802) dibangun di Mukatam. Terlepas dari hal di atas, al-Hȃkim juga dikenal memiliki wawasan tinggi. Hal ini tampak dari paparan Mahasnah (2016:138-139) bahwa pada masa dunia Islam diadakan suatu diskusi dalam majelis yakni sebuah forum sastra dan kajian ilmiah sebagai tempat berkumpulnya para sastrawan besar, para filsuf dan ulama.
Forum ini diadakan di istana-istana para khalifah, para menteri, dan orang kaya. Majelis ini memiliki tata tertib dan tradisi-tradisi khusus yang harus dijaga oleh orang yang diperbolehkan menghadiri majelis tersebut. Jika majelis di adakan di stana khalifah, maka khalifah sendiri yang akan membuka diskusinya. Tidak boleh seorang pun dari para hadirin yang berbicara atau para hadirin tidak diperbolehkan banyak senyum atau berdehem, harus bersih, terhormat, dan menjadi pendengar yang baik. Jika melihat gambaran mengenai majelis tersebut tentu tampak jelas bahwa yang ikut serta dalam diskusi tersebut adalah orangorang besar yang memiliki wawasan tinggi.
Seperti khalifah Harun arRasyid dan putranya, al-Makmȗn, dan al-Hakam serta berdasarkan paparan al-Umari dalam Mahasnah (2016:139) al-Hakim juga menjadi salah satu diantara khalifah yang ikut serta dalam diskusi tersebut. Al-Hȃkim sebagai khalifah ke-enam pemimpin Daulah Fatimiyah, seperti penjelasan Maqrizi yang tercantum dalam Hitti (2002:792) memiliki nama lengkap Abȗ Alȋ Manshȗr al-Hȃkim.
Saat diangkat menjadi pemimpin, berdasarkan penjelasan Nurhakim (2012:114- 115), al-Hȃkim masih berusia sebelas tahun. Oleh karenanya, pemerintahan sangat dipengaruhi oleh gubernur Barjawan. Akhirnya pemerintahan tidak stabil, kekerasan berlangsung dan tak dapat dihindari konflik dengan umat Kristen dan Yahudi yang merasa hak-haknya dipersempit. Namun suatu kemajuan kebudayaan yang berhasil al-Hȃkim bangun adalah dengan didirikannya Perpustakaan Dȃr al-Hikmah sebagai pusat ilmu pengetahuan dan pendidikan, sekaligus dijadikan sebagai sarana penyebaran teologi Syi‟ah.
Dalam memimpin pemerintahan Daulah Fatimiyah, al-Hȃkim memiliki kebijakan-kebijakan yang harus dipatuhi oleh setiap warga negaranya. Sosoknya yang kejam, tentu membuat al-Hȃkim dengan mudah menjalankan kebijakannya. Terlepas apakah kebijakannya tersebut berhasil atau pun tidak dalam memajukan Daulah Fatimiyah. Buku bisa dipesan DI SINI.
Kami bersama tim telah mendampingi sejumlah sekolah di Jawa Timur untuk mensosialisasikan "Pembelajaran Paska-Ai" Sejumlah MGMP berbagai mapel sudah kami dampingi, tujuannya agar segera menyebarkan kehadiran Ai yang sudah mendisrupsi sebagian besar tugas guru.
Ai sendiri adalah #artificialintelligence alias #kecerdasanbuatan yang bisa diperintah untuk: mengerjakan soal, membuat karya ilmiah, pertimbangan-pertimbangan, atau sekadar mencari gagasan.
Pembelajaran paska kehadiran Ai harus segera diformulasikan. Dan, kami membantu merumuskannya. Selain itu, kami juga mengajarkan model "Pembelajaran Berbasis Data" yang sangat cocok digunakan dalam menjemput era kedatangan Ai.
Konon, sejumlah pihak memprediksi tak lama lagi Google akan tergantikan dengan OpenAi. Wallohualam.
Salah seorang peserta seminar kami menolak menyebarkan pengetahuan ini ke sekolahnya. Katanya, "saya ingin terlihat pintar dulu di banding guru-guru lainnya". Kami semua tertawa. []
Reservasi/Pemesanan Menjadi Pemateri KLIK DI SINI.
MEDIA SOSIAL ATAU MEDIA ASUSILA?
Oleh: Rodiah, S.Pd.I & Zuriana, S.Pd.I
Diposting pada: Senin, 25 Oktober 2021
Penggunaan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja saat ini di Indonesia, baik di kota maupun di desa. Media sosial telah menjadi salah satu fenomena yang mendominasi kehidupan remaja di seluruh dunia. Remaja mana yang saat ini tidak memiliki media sosial? Selengkapnya klik di sini.
PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEARIFAN LOKAL
Oleh: Rodiah, S.Pd.I & Zuriana, S.Pd.I
Diposting pada: Sabtu, 15 Januari 2022
Pendidikan karakter sudah lama dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional ke dalam sistem pendidikan di Indonesia. Namun, apakah saat ini pendidikan karakter telah berhasil ditanamkan pada generasi bangsa ini? Selengkapnya klik di sini.
PAMER DIRI LEBIH DIMINATI DARIPADA BERPRESTASI SEJAK DINI
Oleh: Zuriana, S.Pd.I & Rodiah, S.Pd.I
Diposting pada: Rabu, 25 Oktober 2023
Zaman semakin berkembang. Perubahan selalu saja ada di setiap sisi kehidupan, terutama di bidang teknologi. Perangkat digital seperti gadget semakin canggih inovasinya, media sosial menjamur, informasi dengan cepat menyebar dari satu wilayah ke wilayah lain, bahkan dari satu negara ke negara lain.
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH ANAK DI ERA DIGITAL
Oleh: RODIAH, S.Pd.I & ZURIANA, S.Pd.I
Diposting pada: Rabu, 20 Maret 2024
Bullying, membully, dibully, kata yang sudah tak asing di telinga kita pada zaman sekarang. Bullying berasal dari bahasa Inggris kata bully artinya suatu kata yang mengacu pada pengertian gertakan, mengertak, atau menganggu yang mengacu pada pengertian adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atau pelaku terhadap korban yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbanya berupa stres, trauma yang muncul dalam bentuk gangguan fisik, atau psikis atau keduanya (Kharis, 2019). Selengkapnya klik di sini.
EKSTRAKURIKULER YANG PENTING TAPI DISEPELEKAN
Oleh: Rodiah, S.Pd.I; Zuriana, S.Pd.I; dan
Ridi Widi Astuti, S.TP
Diposting pada: Senin, 29 Agustus 2022
Esktrakurikuler merupakan kegiatan yang ada di setiap sekolah. Berbagai kegiatan dirancang dan dilaksanakan sebagai wadah pengembangan minat dan bakat siswa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
MEMBULLY KARENA BUTUH VALIDASI?
Oleh: Herta Widyaningsih, S.K.Pm; Zuriana, S.Pd.I; dan Rodiah, S.Pd.I
Diposting pada: Senin, 15 Mei 2023
Bullying, membully, dibully, kata yang sudah tak asing di telinga kita pada zaman sekarang. Bullying berasal dari bahasa Inggris kata bully artinya suatu kata yang mengacu pada pengertian gertakan, mengertak, atau menganggu yang mengacu pada pengertian adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atau pelaku terhadap korban yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbanya berupa stres, trauma yang muncul dalam bentuk gangguan fisik, atau psikis atau keduanya (Kharis, 2019). Selengkapnya klik di sini.